Notification

×

Iklan

Iklan

Haru !!! Kisah Penyintas Gempa Sulbar 'Untukmu yang Sedang Bertahan dan Berjuang'

Tuesday, January 19, 2021 | 19 January WIB Last Updated 2021-01-19T12:16:56Z

 

Ilustrasi



Suasana mencekam, gelap gulita, teriakan bersahut-sahutan, Abii...gempa, Abii gempa, teriak tangis Kakak pertama dan kedua. Kurang lebih seperti itu suasana hunian kami di  BTN Axuri Jalan Dahlia VII Mamuju, saat gempa berkekuatan 6,2 SR mengguncang Kota Mamuju.


Dalam kondisi bangun tidur, kucoba merangkak keluar dari kamar meraih dan memeluk 3 org anak kami yg berteriak histeris, tunduk2 nak pintaku, Allahu Akbar.


Sambil memanggil ummi untuk segera keluar dari kamar, kucoba merangkak kembali menuju kamar mencari Hp untuk penerangan. Saat itu saya tidak bisa membayangkan kondisi rumah yang berantakan. 


Kucoba nyalakan senter Hp, nampak pecahan-pecahan kaca, tegel, lemari buku menumpahkan isinya, nasi sisa makan malam terhambur dari rice cooker. Kondisi tegel rumah kami terasa berombak, pecah dimana-dimana, plafon rumah pun mulai terlepas.


Ayo kita keluar nak, ummi ayo kita keluar. Sambil menggendong Hamnah (anak kami yang keempat), Aku pun mulai mencari kunci rumah namun saya tidak mendapatinya di tempat biasanya digantung. Ya Allah, dimana kuncinya?. Sambil berusaha keluar dari himpitan rak sepatu yang terjatuh, ingatanku tertuju pada kunci serep yang saya simpan dibelakang pintu kamar tidur. 


Alhamdulillah kami pun bergegas keluar rumah, dalam kondisi cemas, galau, memikirkan strategi yang terbaik untuk menyelamatan diri.  Pikiranku tertuju pada satu-satunya kendaraan kami sepeda motor matic mio pemberian mertua.


Kucoba bangunkan motor tersebut dari kondisi jatuh akibat gempa, Ya Allah kemana kami harus menyelamatkan istri dan anak2, kami harus membonceng enam orang (istri + 5 anak), tentu tidak muat.


Dalam Kondisi ini, datang salah seorang teman sejawat mengabarkan bahwa guncangan yang barusan terjadi betul-betul dahsyat, rumah+klinik berlantai 4 yg lokasinya tak jauh dari kediaman kami milik salah seorang dokter roboh, rata dengan tanah.


Teman kami itu mengajak agar kami segera mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Alhamdulillah saat itu, tetangga kami yang juga atasan kami di kampus menawarkan untuk menumpangi mobilnya (Semoga Allah membalas kebaikannya).


Berbekal seadanya, segera kuarahkan istri dan kami untuk naik di mobil tersebut. Aku memilih boncengan motor dengan teman sejawat kami tadi mengikuti mobil atasan kami yang membawa keluarga dan anak-anak.


Alhamdulillah setelah melewati antrian macet yang panjang, kami telah tiba disalah satu rumah bengkel sebelah kiri, melewati Kantor Bupati Mamuju. Di rumah ini kami mencoba menenangkan diri, berharap tidak terjadi gempa yg lebih dahsyat.


Alhamdulillah kami bersyukur istri dan 5 orang anak kami selamat dari guncangan gempa malam itu. Keesokan harinya suasana hati kami semakin tidak menentu, ingin kembali ke rumah namun masih dihantui dengan perasaan takut akan kejadian tadi malam. 


Kondisi rumah yang retak-retak, tegel lantai yang berserakan, sumber air keluarga selama ini kami gunakan melalui tower penampungan air kini ambruk, pipanya patah sehingga air habis terbuang. Tidak ada jalan lain akhirnya keluarga kami melanjutkan pengungsian. 


Di malam kedua (malam Sabtu), keluarga kami berteduh di garasi mobil salah satu keluarga atasan kami, kondisi anak-anak sudah mulai tidak nyaman. Suara tangisan mereka silih berganti menghiasi tempat pengungsian.


Anak kami yang keempat sepertinya mengalami trauma. Abi tidak bisa kemana-mana, harus selalu digendong sama Abi bahkan dalam kondisi tidur sekalipun. Si bungsu juga sangat rewel sepertinya masuk angin akibat terpaan hujan yg begitu panjang sejak siang tdi.


Akhirnya keesokan harinya setelah melalui diskusi dengan umminya akhirnya kami memutuskan mencari jalan untuk mengamankan anak-anak kami ke Makassar.


Sungguh ini pilihan berat, di Mamuju kami harus meninggalkan saudara-saudara dan teman-teman dekat yang sedang berjuang untuk bangkit dari musibah, membantu para korban yang membutuhkan.


Kami yakin saat ini mereka butuh uluran tangan untuk saling menguatkan, saling memotivasi agar beban dan himpitan masalah ini dapat terselesaikan. Namun tanggung jawab kami sebagai seorang Abi (Bapak) untuk memberikan perlindungan pada anak-anak kami yang masih dalam kondisi kecil-kecil juga terus di desak oleh keluarga.


Alhamdulillah saya, istri dan 5 anak kami telah tiba dengan selamat di Makassar setelah menumpangi pesawat Hercules TNI bersama ratusan penumpang lainnya yang juga korban gempa Mamuju. Doa yang terbaik kami senantiasa panjatkan buat saudara-saudara kami yg bertahan, semoga Allah Subhanahu Wata'ala senantiasa memberikan perlindungan.


Bagi yang diberikan kesempatan untuk mengorbankan tenaga, waktu dan pikiran untuk membantu para korban bencana, mari kita menjaga keikhlasan niat, semoga Allah memberikan balasan pahala yang lebih besar.


Makassar, 18 Januari 2021


Ashriady





×
Berita Terbaru Update