Notification

×

Iklan

Iklan

Sinergi Arutmin, Pemkab, DPRD dan Masyarakat Bangkitkan Tradisi Bagasing di Festival Budaya Wisata Kampung Nelayan Sarang Tiung

Thursday, December 18, 2025 | 18 December WIB Last Updated 2025-12-18T08:42:57Z


Momen kegiatan

KOTABARU- Suara benturan kayu keras terdengar nyaring di tengah riuh rendah suara ombak dan sorak-sorai penonton. Di atas tanah lapang Desa Sarang Tiung, puluhan pria dan anak-anak tampak konsentrasi penuh, Kamis (18/12).


Tangan mereka lincah melilitkan tali, lalu dengan satu hentakan kuat, sebuah gasing kayu meluncur dan berputar kencang, menantang gravitasi sekaligus lawan di depannya.


Inilah pemandangan di arena Lomba Bagasing, salah satu magnet utama dalam Festival Budaya Wisata Kampung Nelayan yang digelar pekan ini. 






Bagasing bukan sekadar permainan bagi warga pesisir Kotabaru; ia adalah memori kolektif yang sedang dijemput kembali dari "tidur panjangnya".


“Ini adalah budaya asli kita yang sempat lama tenggelam. Kami tidak ingin warisan ini punah dimakan zaman,” ujar Muhammad Mulyadi, Ketua Pelaksana Lomba sekaligus penggerak Komunitas Bagasing Sarang Tiung.


Setelah bertahun-tahun jarang terlihat, gasing kayu kini kembali "gahar". Mulyadi bercerita, kebangkitan ini tak lepas dari semangat warga untuk menghidupkan kembali identitas lokal. 


Hasilnya luar biasa, sebanyak 25 grup kategori dewasa dan 9 grup anak-anak turun gunung untuk beradu ketangkasan. Setiap grup membawa semangat yang sama membuktikan bahwa permainan tradisional masih punya tempat di hati generasi Z dan Alpha.


Semangat pelestarian ini pun mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tak hanya keringat masyarakat, festival ini berdiri kokoh berkat sokongan PT Arutmin NPLCT, mitra kerja, perusahaan BUMN, swasta, serta dari Anggota DPRD H Kadir dan Lutfi hingga sumbangan swadaya warga yang ingin kampungnya semarak. Sinergi ini membuktikan bahwa budaya adalah tanggung jawab kolektif.


Dukungan pun mengalir dari instansi resmi seperti Dinas Pariwisata Kotabaru hingga Kormi (Komite Olahraga Masyarakat Indonesia). 


Kini, Bagasing tak lagi hanya dimainkan di halaman rumah, tapi sudah naik kelas menjadi bagian dari daya tarik wisata budaya.


Bagi warga Desa Campa Jawa, Gedambaan, dan Sarang Tiung yang ikut bertanding, festival ini lebih dari sekadar mencari juara 1 atau 2. 


Ini adalah tentang menjaga harga diri sebuah tradisi. Di bawah terik matahari pesisir, gasing yang berputar itu seolah mengirim pesan, selama masih ada yang melilit tali dan melempar kayu, identitas orang pesisir tak akan pernah berhenti berputar.


Reporter: Jumadil.

×
Berita Terbaru Update