Notification

×

Iklan

Iklan

Menang Terhormat ! Kalah Jantan

Tuesday, October 13, 2020 | 13 October WIB Last Updated 2020-10-13T10:44:41Z

 

Oleh H.Ahdiat Gazali Rahman

Pemerhati Sosial Politik tinggal di Amuntai




Dalam even apapun setiap perhelatan perlombaan, yang menghasilkan sebuah kemenangan dan kekalahan agar  peserta tidak kecewa, seharusnya pihak yang terlibat dalam pertandingan evan itu, harus punya semangat


“Menang Terhormat, Kalah Jantan” karena tidak cukup coma dengan semboyan pernyataan “siap menang dan siap kalah”.


Karena tentu orang tidak akan siap kalah jika kekalahan itu karena ada ketidak jujuran, ketidak adalian, atau factor-faktor yang kotor  menyebabkan orang menang dan pihak lain kalah, karena siap menang dengan berbagai cara kotor juga tidak baik.


Dan tentu tidak diterima oleh pihak yang kalah. Bukankah dalam berbagai even perlombaan sering kita mendengar ada kemenangan yang ditempuh dengan cara-cara kotor, Atletik yang mengunakan domping untuk tampil prima agar dapat mengalahkan peserta lain tentu bukan kemenangan yang baik, dalam pertandingan yang memerlukan juri kemenangan, mencoba berkolusi dengan juri untuk meraih kemenangan tentu kita akan nilai kemanangan itu tidak baik, apalagi “terhormat”.


Dalam sebuah evan yang lebih besar dan serius,karena melibatkan banyak komponen, seperti Pilkada, Pilpres, Pemilu, tentuk lebih komplek, peserta tidak hanya “siap pemenang, dan siap kalah”.


Tapi harus siap menang dengan terhormat, dan tentu siap kalah secara jantan.pemenang dalam pemilu yang menggunaka cara kotor, dikatagorikan melanggar aturan pemilu itu sendiri tentu bukan menang secara terhormat.


Kemenagan Terhormat.


Kemenangan terhormat akan dicapai jika dalam menggabai kemenangan itu  pihak pemenang menggunakan cara sesuai aturan yang telah ditentukan oleh panitia, tentang apa yang boleh, dan apa yang di larang ditinggalkan, dengan kata lain bermain sportif.


Kemenangan yang mengedapankan kejujuran sesuai dengan aturan, bukan kemenangan  melalui sebuah rekayasa, dalam bentuk  kecurangan, yang dipolis cara tertantu sehingga seolah menjadi sebuah kebenaran, kemenangan dengan menghalalkan semua cara.


tentu bagi kita yang normal menilai kemenangan itu bukan sebuah kehormatan, tapi sebuah kenistaan dan perlu mendapat hukuman, dengan sangsi hingga membatalkan sebuah kemenangan demi moral para penyelenggara, moral para pesarta dan moral bangsa dimana perhalatan itu di gelar.


Apalai jika hasil evan itu akan membawa amanat untuk bangsa tentu mereka yang keluar sebagai menang benar-benar dengan cara terhormat, bukan sebuah hasil rekayasa, curang dengan berbagai cara, sehingga orang awam sulit mengetahui kecurangan itu, kecurangan yang telah diniatkan dalam sebuah even gelaran tidak hanya mencederai even itu tapi melukai, mereka yang terlibat.


Melukai mereka yang nantinya ikut merasakan kemenangan itu, tokoh yang dalam perlehatan sebuah evan pemilihan dengan berbagai cara curang untuk menggapai kemengangan hingga menghalalkan segala cara, pasti tak akan dapat menghasilkan hasil yang optimal, tokoh seperti itu hanya akan menjadi mengekor pada orang telah yang melakukan kecurangan demi kemenangannya.


Kemenangan bukan sebuah berkah bagi suatu kemajuan tapi sebagai penghalang dalam kebaikan, jika dalam pemilu yang menang tidak terhormat hanya menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledak membawa kesangseraan bagi masyakat pemilihnya dan masyarakat dibawah kekuasaannya.


Kemenangan yang menghalalkan segala cara akan mendapat cemoohan mereka yang mengetahui ada sebuah kebohongan dan kecurangan, mendapatkan kutukan dari Yang Maha Kuasa, hinggga daerah atau Negara rentan mendapatkan bala berupa bencana, dari yang Allah Yang Maha Kuasa. Yang mengetahui segala perbuatan hambanya.


Kalah Secara Jantan.


Kekalahan bukan sebuah peteka, apalagi jika sebuah kekalahan itu memang sudah sesuai dengan kaidah-kaidah aturan dalam perlombaan, tentu yang kalah wajib dengan jantan mengakui keunggulan pesarta lain yang memenangi perhelatan itu.


Dengan menyiapkan catatan penyebab dari kekalahan itu,  berusaha memperbaiki jika kemuadian akan tampil kembali dalam bertandingan itu, untuk meraih kemenangan dilain kesempatan, kita tidak mengharap mereka yang kalah dalam sebuah even mencari kesalahan-kesalahan pihak yang menang, dengan melancarkan tuduhanhan tanpa bukti, prosedur tanpa dasar.


Tujuan bukan menegakkan proses hokum yang benar, tapi bagaimana kemenangan yang diraih oleh peserta lain, bisa tertunda digabai atau digagalkan sebagai pemenang, tentu sebuah sikap yang tidak baik.


Jadi sekali lagi ada baiknya dalam perhelatan/pemilihan apapun dalam kejuaraan yang memperebutkan kemenangan,  sebagaimana Pemilu setiap pesarta wajib punya niat meng ikuti pemilihan  itu , dengansatu niat ingain “Menang secara terhormat dan Kalah Secara Jantan”.


Jika itu yang terjadi penyelenggarakan tidak merasa terbebani apalagi tertekan, sehingga penyelengara dalam even apapun akan selalu bergembira, dan tidak punya tekanan yang mendorong berbagai penyakit yang ada diri penyelenggara bermunculan, menggototi jiwa pelaksana hingga harus masuk rumah sakit atau bahkan harus meninggal dunia. Seperti yang di alami oleh para penyelenggara pemilu pada tahun ini, kita  pasti dan selalu bertanya ada apa?, mengapa mereka itu sakit..? hingga meninggal…?.


Tidak salah juga jika terjadi berbagai macam pendapat dalam masyakat, “tentang  banyak korban dalam pemilu kali ini”, jika dibandingkan pemilu lain sebelumnya dinegeri ini, yang telah banyak pelaksnakan pemilu sejak tahun 1955. Yang tak banyak membawa korban jiwa pelaksana. Akur haja klooo liih. (*)



×
Berita Terbaru Update