![]() |
Peserta tampil |
KOTABARU — Di bawah terik matahari Siring Laut Kotabaru, gemuruh sorak sorai penonton memecah keheningan. Bukan dari sebuah konser megah, melainkan dari panggung sederhana yang menjadi saksi bisu keindahan tradisi.
Mulai dari pukul 08.00 pagi hingga 17.00 sore, Jumat (21/8) lalu, ratusan pasang mata terpana menyaksikan puluhan pelajar Kotabaru merayakan warisan leluhur melalui Lomba Lagu Banjar, sebuah rangkaian acara dalam Festival Budaya Saijaan.
Sejak pagi, panggung telah dipadati oleh para peserta yang antusias. Mereka adalah harapan masa depan, yang dengan suara merdunya, menghidupkan kembali lagu-lagu legendaris seperti "Kakamban Hati Suwangi," "Suluh Kuitan," hingga "Kampung Laut".
Tiap nada yang mengalun bukan hanya sekadar melodi, melainkan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, membuktikan bahwa budaya Banjar tetap hidup dan beresonansi di hati generasi muda.
Lomba ini digagas oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kotabaru sebagai wadah untuk melestarikan budaya dan mencari talenta baru.
Rudi Nugraha, Kepala Bidang Event, Pertunjukan, dan Ekonomi Kreatif Disparpora, mengungkapkan semangat di balik acara ini.
"Kami sengaja membuatkan wadah ini untuk mencari bibit-bibit seniman muda di Kotabaru," jelasnya.
Dilanjutkannya, dari penampilan mereka, sangat terlihat bahwa pelajar-pelajar Kotabaru sangat berbakat.
Tercatat 35 peserta dari jenjang SMP, MTS, SMA, SMK, hingga MAN menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Dengan ketegangan yang bercampur dengan kebanggaan, mereka tampil di hadapan tiga juri ahli, Fatriawan Imansyah, Risma Dalena, dan Suhardiansyah.
Mulai dari Marsiana dari SMP Negeri 2 yang membuka penampilan dengan indah, hingga Aulia Ramadhani dari MTS Raudhatul Jannah yang menutup sesi dengan penuh pesona.
Lomba ini lebih dari sekadar kompetisi, ini adalah perayaan, sebuah janji bahwa alunan lagu Banjar akan terus bergema, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Reporter: Jumadil.