Notification

×

Iklan

Iklan

Koperasi Merah Putih dan Harapan Baru dari Desa: Gerakan Nyata atau Sekadar Gema Politik?

Friday, May 30, 2025 | 30 May WIB Last Updated 2025-05-30T23:26:27Z

 

Kegiatan musyawarah bersama aparat kecamatan, kelurahan dan tomas

Di tengah derasnya janji-janji pembangunan nasional, hadir satu inisiatif dengan semangat lama yang dibalut wajah baru: Koperasi Merah Putih. Diinisiasi sebagai program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, koperasi ini dimaksudkan menjadi mesin penggerak ekonomi kerakyatan dari unit terkecil: desa.


Namun di lapangan, respons terhadap program ini masih beragam. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, sebagian pemuda desa mulai menyambutnya dengan semangat. Namun tak sedikit pula yang bingung, ragu, bahkan belum mendengar sama sekali soal koperasi ini. Ini mengindikasikan adanya jurang yang lebar antara narasi pusat dan pemahaman masyarakat akar rumput.


"Gagasan ini sangat strategis. Tapi jangan hanya dilihat sebagai instrumen ekonomi, koperasi juga harus menjadi alat rekayasa sosial,” kata Junaidi, SKM., MM., tokoh muda HSU yang dikenal kritis terhadap kebijakan publik. Menurutnya, keberhasilan koperasi sangat ditentukan oleh dua hal: partisipasi aktif warga dan kapasitas pengelolaan yang mumpuni.


“Kalau pengurusnya masih berpikiran lama, koperasi hanya akan menjadi tempat kumpul, bukan pusat pertumbuhan ekonomi. Kita butuh generasi muda yang melek teknologi, paham pasar, dan mau belajar,” tegasnya.


HSU sendiri memiliki potensi ekonomi desa yang luar biasa. Lahan pertanian, perikanan, perternakan, industri rumahan, dan UMKM terus tumbuh. Namun, potensi ini akan sia-sia jika tidak diorganisasi secara kolektif dan produktif. Di sinilah koperasi seharusnya hadir: bukan sebagai lembaga administratif, tapi sebagai motor penggerak ekonomi bersama.


“Selama ini, pembangunan di desa sering dimulai dari atas. Warga hanya menunggu bantuan, bukan memulai inisiatif. Koperasi Merah Putih harus membalikkan pola ini. Harus dimulai dari ide dan kerja nyata masyarakat sendiri,” ungkap Junaidi.


Namun tantangan besar mengadang. Banyak anak muda di desa lebih tertarik menjadi kurir online atau pembuat konten ketimbang aktif di koperasi. Maka, peran penting dipegang para tokoh desa dan fasilitator: bagaimana membuat koperasi menjadi ruang yang hidup, relevan, dan menyenangkan bagi generasi muda?


“Saya mendorong pelatihan digital marketing untuk koperasi desa. Tapi ketika pengurusnya tidak update, koperasinya mentok di jual sembako. Padahal, kalau mereka integrasi dengan e-commerce atau live shopping, omzet bisa naik berkali lipat,” tambahnya. Ia juga menekankan pentingnya koperasi menjadi lebih dari sekadar "warung besar"—ia harus menjadi inkubator usaha, pusat pelatihan, bahkan bank data ekonomi lokal.


“Anak muda HSU punya potensi luar biasa di bidang pertanian modern, perikanan, hingga digitalisasi UMKM. Tapi seringkali mereka tidak diberi ruang untuk berkembang oleh sistem birokrasi desa yang terlalu kaku,” kritik Junaidi. Menurutnya, Koperasi Merah Putih harus memberi ruang afirmatif kepada anak muda berbasis kompetensi, bukan kedekatan pribadi.


Ia menambahkan, masyarakat desa harus diberdayakan sebagai subjek perubahan, bukan sekadar objek program. “Koperasi bisa jadi gudang bersama, dapur kolektif, tempat distribusi pupuk, pakan, hingga pusat pengolahan hasil panen. Tapi semua itu hanya mungkin jika dikelola secara profesional,” ujarnya.


Akhirnya, publik layak bertanya: apakah Koperasi Merah Putih akan menjadi tonggak baru bagi ekonomi rakyat desa yang kuat, mandiri, dan tahan krisis? Ataukah hanya menjadi catatan dalam laporan proyek pembangunan?


Jawaban ada pada keberanian kita bersama—masyarakat, pemuda, dan pemerintah—untuk membangun dari bawah, dari kampung sendiri. “Kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Jangan tunggu pemerintah sempurna. Kita harus mulai bergerak, dan jaga koperasi ini tetap bersih, produktif, dan berpihak pada rakyat,” tutup Junaidi.


Sumber: Junaidi

Penulis: Junaidi

Uploder: Tim


×
Berita Terbaru Update