Notification

×

Iklan

Iklan

MATERI GEOGRAFI KELAS X BAB 1 PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI

Saturday, August 15, 2020 | 15 August WIB Last Updated 2023-01-31T02:42:57Z

#BelajarDariRumah #GEOGRAFI #KelasX #Pengetahuan Dasar Geografi
Pada tulisan ini redaksi Info Publik News menyajikan meteri pembelajaran GEOGRAFI  Kelas X Semester Ganjil .  Hal ini bertujuan untuk membantu tenaga pendidik dan siswa dalam proses mencari bahan materi pelajaran secara online saat proses Belajar Dari Rumah. 

B. KONSEP GEOGRAFI

1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjelaskan suatu objek atau fenomena geosfer berkaitan dengan letaknya di permukaan bumi. Konsep lokasi dibagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
a. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak yang bersifat tetap. Lokasi absolut ditentukan dengan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur.
Lokasi absolut memiliki sebuah fungsi atau kegunaan, yaitu untuk menentukan fenomena/gejala dalam ruang di permukaan bumi atau dalam peta.

b. Lokasi Relatif
Lokasi relatif menunjukkan letak berdasarkan kondisi daerah sekitarnya. Lokasi relatif merupakan suatu lokasi yang memiliki arti penting terhadap wilayah di sekitarnya.

Bisa juga wilayah tersebut menjadi wilayah yang tidak diminati  atau bahkan dihindari oleh masyarakat di sekitarnya.
Dengan kata lain, lokasi relatif adalah lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan oleh objek-objek lain di luarnya.
Sebagai contoh, lokasi Desa Jingah Bujur jauh dari kota dan jauh dari jalan raya dibanding lokasi Desa Palampitan Hulu  yang terletak dekat kota dan di pinggir jalan raya.
 


2. Konsep Jarak
Konsep ini mengkaji jarak antara suatu tempat dengan tempat lain. Konsep jarak dibedakan menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif.

a. Jarak Absolut
Jarak absolut diukur menggunakan satuan panjang
b. Jarak Relatif
Jarak relatif diukur dengan mempertimbangkan rute, waktu, atau biaya.

3. Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan mengkaji aksesbilitas suatu tempat.
Ketersediaan sarana prasarana untuk menjangkau suatu wilayah yang jauh akan mudah dijangkau apabila sarana dan prasarana transportasi memadai.

Sebaliknya jarak yang dekat, tetapi kondisi sarana prasarana transportasi kurang memadai menunjukkan aksesbilitas wilayah rendah. Aksesbilitas dapat pula dipengaruhi oleh faktor budaya di suatu tempat.

Faktor adat istiadat dan sikap masyarakat setempat yang sulit untuk menerima pengaruh dari luar, akan dapat menyebabkan suatu tempat sulit dijangkau.

Suharyono (1994) dalam bukunya yang berjudul "Filsafat Geografi" menjelaskan bahwa:

"Keterjangkauan tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.

Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana komunikasi atau angkutan) dari tempat-tempat lain, meski tempat tersebut relatif tidak jauh dari tempat-tempat lain itu

Rintangan medan berupa adanya rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat, dan rawa-rawa atau gurun pasir yang luas merupakan contoh penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat-tempat lain.

Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat serta sikap penduduk yang berlainan (mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat pula menjadikan faktor penyebab keterjangkauan suatu tempat."




4. Konsep Pola
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang di muka bumi, baik bersifat alami ataupun sosial budaya.

Fenomena alami, misalnya aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan.

Fenomena sosial budaya, misalnya permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, jenis rumah, tempat tinggal dan sebaginya.

Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena, memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk memanfaatkannya dan di mana mungkin juga mengintervensi atau memodifikasi pola-pola guna mendapatkan manfaat yang lebih besar.


Sebagai contoh, orang berladang dan menggembalakan ternak di daerah yang hujannya kurang dan bersawah di daerah yang cukup air.

Di kawasan yang sudah maju orang membuat terusan-terusan untuk lebih memanfaatkan sungai-sungai yang ada sebagai angkutan air.

Dengan mengingat adanya aliran sungai, tanah yang subur, tanah datar yang terbatas, ada pola-pola permukiman yang memanjang (sepanjang tepi sungai), meggerombol, menyebar, dan terpencar tidak merata.

Pada daerah perkotaan yang dibangun secara terencana orang membuat daerah permukiman dengan pola sedemikian rupa untuk memudahkan setiap penduduk mencapai pasar/tempat berbelanja, pergi ke kantor, pergi ke sekolah dan sebagainya dengan mudah serta mewujudkan kehidupan sehari-hari yang nyaman dan akrab.


Sebaliknya, dalam keadaan serba keterbatasan segolongan orang tinggal pada rumah yang saling berimpitan tanpa disertai adanya fasilitas pelayanan umum yang cukup memadai.

5. Konsep Morfologi
Konsep morfologi merupakan konsep yang berhubungan dengan relief (bentuk permukaan bumi) yang berbeda-beda, sehingga kegunaanya pun berbeda.

Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam memiliki hubungan dengan aktivitas atau kegiatan manusia dalam hidupnya.

Morfologi menggambarakan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi) yang lazimnya disertai erosi dan sedimentasi hingga ada yang berbentuk pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng, lembah-lembah dan dataran aluvial.

Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air serta jenis vegetasi yang dominan.

Bentuk dataran ataupun plato (dengan kemiringan tak lebih dari 5 derajat) merupakan perwujudan wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha pertanian serta usaha-usaha perekonomian lainnya.

Jika diperhatikan peta persebaran penduduk di Asia ternyata penduduk yang padat terpusat terutama di lembah-lembah sungai besar dan tanah-tanah datar yang subur.

Sedang wilayah yang penuh dengan pegunungan atau dengan lereng-lereng yang terjal yang mempunyai keterjangkauan sangat terbatas lazimnya merupakan wilayah yang jarang penduduknya atau bahkan tidak didiami manusia.

Bentuk pulau dengan garis-garis pantai yang panjang memberi arti yang khusus mengingat nilai maritimitas (rasio panjang pantai dengan luas daratan) yang tinggi.

6. Konsep Aglomerasi
Konsep aglomerasi berkaitan dengan pemusatan atau pengelompokan suatu fenomena di permukaan bumi.


Contohnya masyarakat cenderung mengelompok pada tingkat sejenis, sehingga timbul daerah elite, daerah kumuh, pedagang besi tua, dan pedagang barang.

Aglomerasi merupakan kecenderungan yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.

Pada masyarakat kota cenderung tinggal mengelompok pada tingakt yang sejenis sehingga timbul daerah permukiman elit, daerah tempat tinggal para pedagang, daerah permukiman kompleks perumnas, yang kebanyakan penghuninya pegawai negeri serta ada juga daerah permukiman kumuh.

Sedang pada masyarakat pedesaan yang masih agraris penduduk cenderung menggerombol di tanah datar yang subur dan membentuk perdukuhan atau pedesaan; makin subur tanahnya dan makin luas dataran makin besar desa dan jumlah penduduknya.


Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan juga kurang subur, gerombolan dukuh atau desa makin kecil dan makin terpencar letaknya.


Salah satu keuntungan yang didapatkan dengan adanya aglomerasi penduduk yang padat ialah dimungkikannya pengembangan sistem ekonomi aglomerasi yang memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran/pelayanan namun hanya meliputi wilayah yang sempit.

Ini berarti memungkinkan efisiensi yang tinggi dalam produksi, pengangkutan barang maupun pemasangan atau pengadaan sarana-sarana untuk pelayanan umum.

Ekonomi aglomerasi itu sendiri artinya penghematan akibat menurunnya biaya rata-rata produksi atau pemeberian jasa, dan dapat terjadi melalui ekonomi skala atau ekonomi  skala internal (penghematan akibat meningkatnya skala operasi), ekonomi lokaslisasi atau ekonmi skala eksternal (penghematan akibat menurunnya biaya rata-rata produksi per unit karena kedekatan lokasi atau kesamaan dalam melakukan kegiatan), ekonomi transfer (penghematan karena biaya pengangkutan yang relatif murah), dan ekonomi urbanisasi (penghematan karena aglomerasi industri di wilayah perkotaan yang besar).

7. Konsep Nilai Kegunaan
Pada konsep ini, daerah memiliki nilai manfaatnya tersendiri terutama bagi orang yang menggunakannya.

Contohnya tempat wisata, bagi wisatawan merupakan tempat untuk berekreasi, namun bagi pedagang tempat wisata tersebut merupakan tempat berdagang yang menguntungkan.

8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Setiap wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa, komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain.

Misalnya: gerakan orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti, Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi.
Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap pembaca atau pemirsa.

9. Konsep Diferensiasi Area
Konsep diferensiasi area berkaitan dengan ciri khas suatu daerah yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, sehingga menjadikan ciri tersebut sebagai suatu nilai tersendiri yang terdapat didalamnya.


Misalnya daerah di pegunungan sebagai daerah pertanian yang menghasilkan sayuran, perikanan laut atau tambak pantai, dan di daerah yang relatif datar terdapat tanaman padi.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya.


Dengan kata lain konsep ini menggambarkan hubungan antara persebaran gejala geografi di suatu tempat dengan gejala lain.

C. TUJUAN ILMU GEOGRAFI
1. Sikap
Sikap yang ingin ditanamkann dalam diri manusia sebagai makhluk hidup di bumi sebagai berikut:
  • Menumbuhkan kesdaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar
  • Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup
  • Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam hal pemanfaatan sumber daya
  • Mengembangkan sikap intoleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya
  • Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa

2. Pengetahuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari segi pengetahuan, sebagai berikut:
  • Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya
  • Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang, dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan
  • Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia

3. Keterampilan
Dengan mempelajari geografi, manusia yang ada di bumi diharapkan memiliki keterampilan sebagai berikut:
  • Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan binaan
  • Mengembangkan keterampilan mengumpulkan serta mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan
  • Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan, dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.


D. ILMU PENDUKUNG GEOGRAFI
1. Geologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi),termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya.
2. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akibat tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi).
3. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu tentang udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri.
4. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa
5. Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan kondisi rata-rata cuaca.
6. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
7. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya
8. Demografi adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan tentang penduduk. Komposisi penduduk, dan jumlah penduduk.

E. OBJEK STUDI GEOGRAFI
1. Objek Material
Objek material merupakan sasaran atau isi suatu kajian. Adapun yang termasuk objek kajian geografi adalah fenomena geosfer terdiri dari:
1.     atmosfer, cuaca dan iklim, litosfer (lapisan batu-batuan),
2.     hidrosfer (lapisan air), biosfer (lapisan kehidupan flora dan fauna),
3.     pedosfer (mempelajari ttg tanah) dan
4. antroposfer (lapisan kehidupan manusia yang merupakan “tema sentral” diantara sfera-sfera lainnya).

2. Objek Formal
Objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spasial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (teritorial), dan aspek waktu (temporal).

Dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, geografi fisis dan geografi manusia tidak dapat dipisahkan. Bahkan masing-masing cabang geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Oleh karena itu, kajian geografi akan menyimpang dari tujuannya apabila tidak terjadi konsep penyatuan dalam mengkaji permasalahan. 

F. PRINSIP GEOGRAFI
1 Prinsip Persebaran
Di permukaan bumi terdapat persebaran gejala alam.

Di mana persebaran alam yang tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan, dan mansia disebut dengan prinsip persebaran.

Persebaran gejala atau fakta yang terjadi di permukaan bumi yang tidak merata bisa digambarkan dan diungkapkan dalam ruang atau wilayah.


Sehingga dengan melihat dan menggambarkan gejala tersebut pada peta, maka akan bisa diungkapkan hubungan antara gejala satu dengan yang lainnya.

2. Prinsip Interelasi
Suatu hubungan yang saling terkait dalam ruang atau antara gejala satu dengan gejala yang lain, disebut prinsip interleasi.


Hubungan antara satu faktor denga faktor yang lain tersebut, antara lain hubungan antara faktor fisis dengan faktor fisis, faktor manusia dengan faktor manusia, dan faktor fisi dengan faktor manusia yang pada akhrinya akan bisa diketahui karakteristik atau gejala yang ada pada suatu wilayah tersebut.

3. Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripti bisa diartikan sebagai penjelasan yang lebih jauh atau lebih terperinci tentang gejala atau fenomena alam yang sedang dipelajari dan diselidiki.

Prinsip deskriptif bisa disajikan dalam bentuk tulisan atau kalimat, peta, gambar, tabel, dan juga grafik.


Maksud dari prinsip deskripsi yaitu pada interelasi gejala satu dengan yang lain atau antara faktor yang satu dengan faktor yang lain bisa dijelaskan sebab dan akibat dari interelasi tersebut.


Penjelasan tentang sebab dan akibat dari interelasi bisa dijelaskan, di mana penjelasan atau deskripsi tersebut bisa memberikan gambaran yang lebih jauh tentang gejala yang sedang dipelajari.

4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip yang meinjau gejala, fakta, ataupun masalah geografi di suatu tempat yang ditinjau persebarannya, interelasinya, interaksinya, dan integrasinya dalam ruang tertentu, di mana ruang tersebut akan memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala tersebut.


Ruang yang dimaksud adalah bagian permukaan bumi, baik keseluruhan ataupun sebagian, termasuk juga atmosfer yang paling bawah (troposfer), litosfer, hidrosfer, dan organisme.


Prinsip keruangan atau korologi ini sangat komprehensif karena sangat berkaitan dengan ketiga prinsip sebelumnya. Di mana prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern.

G. PENDEKATAN GEOGRAFI
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur, pola, dan proses.

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses.


Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:

(1) kenampakan titik (point features),
(2) kenampakan garis (line features),
(3) kenampakan bidang (areal features).


Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang.

Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

What? Struktur ruang apa itu?
Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.


2. Pendekatan Kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi pada lingkungan.


Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.


Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.

Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.


Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.

Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.

Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.


Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.

Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:


(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.

(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.


Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).

Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan.


Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu 
1. lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, 
2. proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan.


Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.


Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan.

Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.


Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan.


Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut. Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.

Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut.
1.  Mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
2. Mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
3. Mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
4.     Menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
5.     Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.

3. Pendekatan Kewilayahan
Dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.

Pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.


Kesimpulannya: pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh.


Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang.


Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.



H. ASPEK GEOGRAFI
1. Aspek Fisik
Aspek fisik geografi membahas tentang geosfer yang bersifat fisik, seperti air, tanah, dan iklim dengan segala proses alamiahnya. Dalam hal ini aspek fisik geografi sebagai berikut:
a. Aspek Topologi , meliputi unsur letak, batas, luas, dan bentuk (morfologi) dari suatu wilayah.
b. Aspek Biotik , yaitu aspek yang meliputi unsur vegetasi seperti tumbuhan atau flora, hewan (fauna), dan kajian penduduk.
c. Aspek Nonbiotik , adalah aspek yang meliputi unsur-unsur nonbiotik seperti tanah, hidrologi yang mencakup air darat dan air laut, dan juga kondisi iklim dari suatu wilayah.

2. Aspek Manusia
Dalam aspek manusia yang dijadikan objek adalah manusia dengan berbagai gejalanya. Dalam geografi sosial atau manusia terdapat empat aspek, yaitu ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
a. Aspek Ekonomi,  yaitu aspek yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian yang meliputi pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan, transportasi, dan pasar.
b. Aspek Politik, adalah aspek yang meliputi unsur pemerintahan dan kepartaian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
c. Aspek Sosial, adalah aspek yang meliputi unsur tradisi, adat istiadat, komunitas, kelompok masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial
d. Aspek Budaya, yaitu aspek yang meliputi kajian unsur pendidikan, agama, bahasa, dan kesenian yang ada dalam kebudayaan manusia.

Terima kasih semoga bermanfaat


×
Berita Terbaru Update