Drs. H.Ahdiat Gzali Rahman.SH.MH.
Ketua Posko LKBH Unlam Untuk Kab. HSU
Ketua KB PII dan Ketua Dewan Pendidikan Kab HSU
Jabatan Presiden adalah jabatan yang paling puncak dinegara kita tercinta ini, dan semua
makhluk yang tingal dinegari ini berangan, untuk menjadikan dirinya menjadi Presiden,
berusaha akrab, menjadi teman, satu keluarga, satu suku, satu kelompok, satu bagian, atau
paling tidak dikenal, atau mengenal Presidennya, karena begitu populernya Jabatan
Presiden dan memang harus dipopolirkan siapa punya jabatan itu, maka siswa sekolah mulai
dari sekolah Dasar, hingga Mahasiswa Perguruan Tinggi, diminta kenal dengan nama
Presiden, harus tahu wajahnya, dari itu setiap kantor Pemerintah, Kantor resmi masyarakat
harus menampakkan potonya, setiap kegiatan resmi, seperti sidang pengadilan, sosialiasi
UU,Peraturan, pelaksanakan lain yang dilakukan resmi dan dibiayai oleh dana Negara harus
menampakkan fotonya, itulah sosok Presiden tak gampang dilupakan orang, fotonya selalu
terpampang dalam kegiatan, ruang kantor, bahkan jadi ekon mata uang, nama jalan, nama
daerah dll. Bentuk penghormatan pada seorang yang bernasibbaik hingga dapat menjadi
Presiden.
Jabatan Presiden bukan diraih dengan pendidikan tinggi, keberanian berlaga, atau karena
transaksi, tapi lebih dari semua itu, banyak mereka yang ber “iQ “ tinggi, kuat secara Fisik,
punya kekayaan melimpah, belum tentu dapat menggabai jabatan tersebut. Begitu sulit
mendapatkan jabatan itu, sehingga Insan yang beruntung mendapat jabatan itu akan
mendapat kenangan sepanjang masa, mereka biasa diberikan gelar, baik gelar resmi yang
diberikan secara resmi oleh lembaga tetantu, baik tingkat nasional, maupun internasional,
namun ada juga gelar tak resmi yang diberikan warga negaranya, pengikutnya, musuhnya,
semisal “Prsiden Tangan Besi” karena sang Presiden senang menggunakan kekerasan,
sehingga dilukiskan bagaikan “besi”, Presiden Otoriter, karena tak mau tunduk dengan
aturan atau pendapat orang lain yang sesuai aturan, Presiden semau gue berbuat dalam
mengatur Negara, Presiden orang miskin karena Presidennya senang membantu orang
miskin, banyak lagi gelar yang diberikan oleh masyarakat secara umum pada Presiden. Gelar
itu bisa diberikan masyarakat pada waktu beliau menjabat, atau setelah beliau tidak
menjabat,
Di Indonesia yang telah dipimpin oleh beberapa putera/puteri terbaik bangsa yang dimulai
dari lepasnya kita dari belenggu penjajahan hasil sebuah revolusi, maka wajar jika Presiden
:
1. Soekarno diberi gelar Bapak Revolusi, karena jasa beliaulah yang menggerakan
Revolusi di Indonesia setelah lepas dari penjajahan, untuk selanjutnya
mempertahankan kemerdekaan hingga saat ini, beliau menyatukan seluruh warga
nusanatara yang terdiri dari berbagai kerajaan, suku, budaya ini untuk bersatu
membangun Negara kasatuan Indonesia, dengan jasa beliau kita pantas memberi
gelar Bapak Revolusi.
2. Soeharto diberi diberi gelar Bapak Pembangunan, karena setelah menerima
kekuasan dari Orde Lama (Orla) ke Orba (Orde Baru), beliau dipercaya menjadi
Presiden, dengn sasaran pembangunan yang selama zaman Orla belum terlalu
terlihat Nampak, pada era ini Indonesia benar –benar melakukan pembangunan
disegala bidang pada keseluruhan pelosok nusantara.
3. Habiby, Gusdur dan Mega, yang berkuasa tidak begitu lama namun sejarah dan
masyarakat mencatat memberikan gelar Presiden, Reformasi, karena diera
kepemimpinan beliau yang merupakan hasil Reformasi, melanjutkan dengan
berbagai reformasi (berubahan), merubahakan kehidupan perpolitikan,kita,
merubah sebagian Isi UUD 1945 yang dianggap sudah tak relevan dengan zaman,
meurubah segala bentuk yang dianggap jadi penghalang bangsa untuk mencapai
Negara hokum yang demokratis, yang dicita-citakan, sejak itu bermunculan partai
politik baru, tatanan kehidupan seolah diperbaharui, terakhir peran rakyat diberikan
seluasnya dalam ikut menentukan Negara khususnya dalam memilih wakil dan
pemimpin mereka, baik tingkat Daerah (memilih Kepala Daera), maupun tingkat
pusat (memilih Presiden).
4. SOSILO BAMBANG YODOYONO (SBY). Yang mendapat jabatan Presiden setalah masa
Reformasi yang menagrah kepada demokrasi sehingga wajar jika Bapak SBY, diberi
gelar “Presiden Demokrasi” di Indonesia karena di era kepemimpinan partai dan
kebebasan makin tumbuh, semua orang makin berani mengemukan pendapat, SBY
sangat menghargai semua pendapat walaupun berbeda beliau tidak pernah resih
apalagi marah, tidak pernah terdengar ada tokoh yang dincar untuk dijadikan tumbal
kekuasan beliau, dengan dituduh melakukan pelanggaran hukum dan dibawa
keranah hokum, tak organisasi yang dianak tirikan apalagi dibubarkan, beberapa kali
beliau didemo tapi beliau tetp biasa tanpa sedikit marah apalagi sampai
memanjarakan warganya.
5. JOKOWI, Presiden yang dikatakan sangat sedarhana, dari pihak swasta, bukan
meliter, bukan Aktifis partai politi handal namun berhasil mengapai pimpinan
tertinggi dinegari ini dengan merangkat dari pimpinan Daerah Solo, pimpinan
Jakarta, hingga memimpin Indonesia, gelar apakah yang pantas diberikan pada
beliau setelah beliau mengakhiri sebagai Presiden yakni Tanggal 20 Oktober 2024 yang lewat , , apakah Presiden “Wong Celik “ karena berasal dari partai
PDI yang dulu pernah mengklaim memperjuangkan rakyat kecil, apakah “Presiden
Kerja” karena selalu menyampaikan semboyan kerja dan kerja,tapi tentu bukan hanya untuk orang Indonesia , karena beliau siap menerima pekerja dari Negara lain, yang belum pernah dilakukan
oleh Presiden sebelumnya dinegari ini, apakah gelar “Presiden Terpercaya” karena
konon di era Presiden ini Negara lain berlomba untuk memberikan pinjaman pada
kita untuk membangun berbagai fasilitas Negara yang tentu demi warga Negara,
sehingga hutang Negara kita paling banyak di era Presiden ini, bila dibandingkan
dengan presiden terdahulu, apakah gelar “ Presiden Korban KPPS”’ karena dalam
pemilu pemelihan presiden kamarin banyak menimbulkan korban meninggalnya
KPPS. “Presiden Situng” karena diera Presiden Jokowi inilah pemilihan Presiden
menggunakan system disebut Situng, walaupun banyak mendapat kretikan bahkan
pengaduan ke “BAWASLU”. Presiden yang sangat peduli pada keluarga, karena di era inilah, menantu dan anak Presiden menjadi bupati walikota hingga wakil Presedin , walaupun beberapa ahli hokum mengatakan perbuatan itu sebuah pelanggaran terhadap hokum Negara dan sangat kental dengan bau melakukan KKN khususnya tentang pencalonan GIBRAN menjadi wakil Presiden, ( karena perubahan calon umur wakli Presiden itu sendiri diputuskan oleh orang yang masih ada hubungan keluarga, Atau gelar lain sesuai dengan perkembangan sejarah
yang akan ditorehkan beliau.
Gelar apapun yang diberikan tentu tak terlepas dari perjuangan dan hasil yang didapat dan
diarasakan oleh masyarakat pemberi gela, gelar yang diberikan oleh masyarakat biasa lebih
obyektif dibandingakan gelar yang diberikan oleh lembaga-lembaga tertantu yang belum
tentu obyektif. Mudahan pihan akur haja..