Notification

×

Iklan

Iklan

Pengabdian Luar Biasa,,,,,.Terobos Rawa Demi Anak Didik Diujung HSU

Sunday, November 12, 2017 | 12 November WIB Last Updated 2018-07-09T14:32:08Z
// Keterangan Foto

Sukiman bersama murid binaannya di SMA 1 Paminngir Kabupaten Hulu Sungai Utara.


/// Mengenal Kepsek Berdedikasi Bapak Sukiman





Kalau ikhlas semua jadi enteng dan nyaman. Itu semboyang penguat asa bapak Sukiman dalam menjalani perannya sebagai kepsek di daerah terluar Kabupaten HSU. Berikut kisahnya.

Muhammad Akbar - Paminggir

Kisah pengabdian dan tulusnya cinta orang terdekat, membuat Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Paminggir (Smansangir) Bapak Sukiman (50) di Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara, patut menjadi contoh dan teladan bagi tenaga pendidik. Bagaimana tidak Kiman sapaan akrabnya, dulunya guru segudang prestasi yang mengajar di salah satu SMA terkemuka di Kabupaten HSU dengan kemudahan akses pastinya.
Namun kenyamanan menjadi guru di sekolah top tersebut harus berakhir, sebab pada tahun 2012 lalu, Kiman mengikuti seleksi calon kepala sekolah, dan akhirnya lulus menjadi Calon Kepala Sekolah (Cakep). Usai mengikuti pendidikan Cakep, diapun kembali ke HSU, untuk siap menjadi kepala sekolah yang sesungguhnya.
Dimana saat itu penempatan masih ditentukan oleh kebijakan Dinas Pendidikan setempat, sebelum kewenangan SMA dan SMK diambil alih oleh pihak Provinsi Kalsel.

Kisahnya menjadi menarik bagi penulis, sebab suami dari Irnita Wenny ini, sangat berdedikasi akan tugas dan tanggung jawab sebagai pimpinan sekolah di lokasi yang terbilang "cukup liar" dilihat dari aspek geografis. Sebab tempat bertugasnya yakni SMA Negeri 1 Paminggir, hanya bisa diakses melalui jalur air menggunakan klotok, bus air ataupun speed boat, tanpa alat berpindah tersebut mustahil bisa keluar dari daratan kecil tersebut yang dikelilingi rawa dan sungai besar (Barito, red) tersebut.
Sebagai gambaran, bahwa jarak Amuntai ke Kecamatan Paminggir harus melewati tiga kecamatan yakni, Kecamatan Sungai Pandan, Sungai Tabukan dan Danau Panggang kurang lebih 27 kilometer dari kota induk. Tapi perjalanan Kiman tak terhenti begitu saja. Kiman masih harus menuju ke Dermaga Sungai Danau Panggang dan kembali naik kedalam sebuah angkutan sungai bernama bus air, yang kurang lebih panjangnya 8 meter dengan diameter 2 meter itu.
Waktu untuk menembus perairan rawa tersebut lebih dari 3 jam perjalanan normal. Meskipun begitu pesona lukisan alam Sang Khalid sepanjang perjalanan membuat waktu tempuh sang kepsek teramat singkat.
Sukiman menjabat kepsek kala itu, Smansangir belum menamatkan sama sekali alumni sebab sekolah tersebut masih sangat baru setelah Kecamatan Paminggir berotonomi sendiri setelah lepas dari wilayah Induk Kecamatan Danau Panggang. Sehingga membuat para guru ataupun calon kepsek banyak berkerut dahi bila mendengar wilayah tersebut.
Tapi berbeda dengan sosok Kiman bapak tiga putri tersebut, sebab dia menilai mendapatkan tugas di Paminggir malah menjadi cambuk dan motivasi untuk berprestasi dalam keadaan yang serba terbatas pada daerah berpredikat 3 T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan, red). Mendengar 3 T saja, sudah membuat ciut nyali.
Nah lanjut kisah, sang pejuang pendidikan tersebut, sebelum ditetapkan menjadi Kepsek di Smansangir tersebut, Kiman begitu dikenal di jajaran pendidik HSU, mengaku tidak pernah sama sekali bermimpi mendapatkan tugas di Kecamatan Paminggir. Sebab dirinya  sebelum ditetapkan sebagai kepsek, sudah lebih dulu ada tiga seniornya yang lulus sebagai calon kepala sekolah.
Namun entah pertimbangan apa, ingat peraih juara 3 Simposium Pembelajaran Dan Pengelolaan Sekolah tingkat Nasional tahun 2003 Kemendikbud itu, mengaku tidak ada paksaan, sehingga ketiga seniornya memilih mundur sebagai Kepsek di daratan kecil ini, dengan legal surat bermaterai saat itu. Sebab konon Paminggir dicap sebagai wilayah buangan bagi para pegawai.
Setelah kejadian itu, diapun mengaku dipanggil pihak Disdik HSU, ditanya kesiapan untuk menjadi Kepsek, dijawab Kiman kala itu, dia akan berdiskusi dengan istri dulu. Paling tidak menanyakan kesiapan istri ditinggal tugas dulu. Sebab lokasi kerja sulit, untuk pulang balik setiap hari mustahil. Setelah berdiskusi Kiman akhirnya lampu hijau dari sang istri menyala, dan diapun mengaku sudah siap secara lahir dan batin mengemban tugas luar biasa itu.
"Stigma tugas di Paminggir pokoknya serem. Namun teman-teman yang pernah tugas disini. Selalu ingat dengan rawa ini. Dan memecahkan mitos buangan tersebut," katanya. Bahkan mau guru, tenaga kesehatan, dan aparat TNI dan Polair selalu punya memori indah di tanah ini, tambahnya.
Sempat menggelitik dipemikiran waktu itu, bahwa pepatah yang berbunyi 'Tak kenal maka tak sayang' memang bisa disematkan ke daerah ini, sebab mungkin melihat akses yang berupa rawa dan keruhnya air bahkan hanya bisa ditempuh dengan sarana transportasi air, membuat sebagian orang lemah semangat.
"Ya kembali pada prinsip, bertugas dengan ikhlas, tentu apa yang dijalani akan semakin enteng dan tenang. Jika bekerja pakai ego tentu sulit mendapatkan pengalaman mengabdi di daerah berpredikat 3 T ini," ungkapnya.
Meski terpisah jauh dengan keluarga, Kiman tetap tidak terasin. Sebab masih ada teman guru dan tata usaha "Kalau yang berstatus PNS ada 14 orang, dan honor ada 13 orang. Semua sudah menjadi saudara dekat disini," kata Kiman.
Sehari-hari peraih juara Kepsek Berprestasi tingkat Provinsi Kalsel tahun 2016itu, harus menyiapkan kebutuhanya secara mandiri, mulai mencuci pakaian sampai masak. Bila dirinya kangen masakan kampung, sesekali guru dikenal komunikatif ini, makan di warung jualan warga setempat. "Manusiawi mas. Kadang ingin juga merasakan masakan warga. Jika di Kota Amuntai, tak jarang kami (keluarga) juga jalan-jalan menikmati masakan khas yang dijajakan di warung," ungkapnya.
Lepas dari hal itu, melalui tangan dinginnya sebuah keajaibanpun muncul, sebab prestasi sekolah bersiswakan 200 murid yang ditampung dalam 11 ruangan kelas itu, juga ikut berkembang pesat dan bersaing dengan SMA lainnya di HSU.
Sebab kuncinya yakni melalui pola kemitraan, sebab dengan cara kerja tersebut bisa membantu kesulitan dirinya apabila sendiri dalam berja. "Mita ada dengan perusahaan, seperti CSR PT Adaro dalam bidang budidaya lingkungan, PT TBM untuk proses beasiswa, SKPD terkait dalam bidang Adiwiyata, dan semua elemen," kata Juara II Nasional Kepsek SMA Berdidikasi di Daerah Khusus tahun 2016 oleh Kemendikbud.
Pelan tapi pasti, Sukiman dan mitra kerja, komite, orang tua wali dan siswa, akhirnya SMA yang dibinanya melalui peluh perjuangan mampu lolos seleksi masuk dalam calon sekolah Adiwiyata Nasional tahun 2017 ini. Bahkan siswanya juga lolos dan ikut dalam anggota Paskibraka tahun 2017 tadi.
"Alhamdulillah tak ada yang sia-sia selama niat untuk mengabdi. Saat ini kami menunggu kabar verifikasi terkait masuknya tidak Smansangir dalam sekolah Adiwiyata," kata Kiman yang juga pernah meraih juara harapan 1 Lomba Kreativitas Guru Tingkat Nasional tahun 2002 di Jakarta.
Harapan sendiri pada pemerintah pusat, dengan semangat Nawacita Presiden Jokowidodo, yang berkomitmen mebangun Indonesia dari daerah pinggiran. Maka sang kepsek terpecil itu, berharap agar ada perhatian khusus pada upaya peningkatan mutupendidikan, begitupun guru yang mengabdi pada daerah terpercil harus diberi kemudahan baik kesejahteraan maupun jenjang kepegawaian. "Mudahan apa yang diharapkan mendapat perhatian dari pemerintah pusat, provinsi," harapannya
Lalu siapa sosok yang begitu berjasa dalam kehidupan kepsek ini, tak lain dia adalah Irnita Wenny sebab harus rela kehilangan hak waktu berkumpul dan perhatian dari sosok Kiman.
"Mengedepankan tugas dan pengabdian diatas kepentingan pribadi, mungkin itu bentuk pengorbanan kami. Namun itu semata-mata demi majunya pendidikan warga disana. Jadi ikhlas saja. Alhamdulillah ini masuk tahun ke enam bapak bertugas disana," kata Irnita pada penulis.
Irnita mengaku tahun pertama dan kedua sangat berat, sebab dirinya sering ditanya anak-anak, bapak kenapa kok lama tugasnya. Namun dengan penjelasan yang mudah dipahami anak-anak, akhirnya anak-anak juga senang melihat bapaknya menjadi seseorang yang bertanggung jawab dalam tugas. "Kunci ikhlas dan saling memahami peran. Menjadi perekat kami sampai saat ini," katanya dengan mata sedikit berkaca-kaca. (radar banjarmasin for kabar amuntai)


×
Berita Terbaru Update